CEC

CEC
Entertainment n costum Production

Senin, 31 Desember 2012


PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING DALAM
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 1 TIRTAMULYA
KABUPATEN KARAWANG




SKRIPSI



Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari




Oleh

Irma Cintha Nurmala
0801251





JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012



Artikel
ABSTRAK
Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan masalah yang dihadapi peneliti di sekolah yakni proses belajar mengajar seni tari masih satu arah, yaitu dimana guru masih menjadi dominan dalam pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Peneliti juga melihat siswa kurang mampu mengapresiasi dalam pembelajaran seni tari, hal itu dilihat dari kurang mampu dalam mengamati, menghayati, mengevaluasi dan mengapresiasikan diri melalui berbicara dan mempraktekkan gerakan-gerakan tarian yang diamatinya.
Penelitian ini dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dalam tiga siklus.
Tujuan penelitian ini adalah  untuk mendeskripsikan perencanaan, proses dan hasil penerapan model Snowball Throwing yang diharapkan menjadi alternative  agar dapat meningkatkan apresiasi dan kreativitas siswa.
          Berdasarkan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan analisis data terhadap proses pelaksanaan tindakan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran melalui penerapan model Snowball Throwing mampu meningkatkan Apresiasi siswa namun model ini memiliki kelemahan dan kelebihan , kelebihannya adalah dapat melatih kesiapan siswa, saling memberikan pengetahuan, dan kelemahannya pengetahuan kurang luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa. Dan kurang efektif.
  
ABSTRACT
Application of Model Snowball Throwing In Dance Lessons To Improve Student Appreciation Class VII in Khanewal district SMPN 1 Tirtamulya

The research was motivated by the findings of the problems facing researchers in the school of dance teaching and learning process is still in one direction, that is where the teacher is still the dominant learning resulting in students being passive. Researchers also looked at students' learning is less capable of appreciating the art of dance, it is seen from the less able to observe, appreciate, evaluate and appreciate themselves through speaking and practicing the dance movements are observed.
The research was conducted through classroom action research with a qualitative approach in three cycles.
The purpose of this study was to describe the planning, implementation process and results of Snowball Throwing models are expected to be the alternative in order to enhance students' appreciation and creativity.
Based on the results of the study, followed by data analysis of the implementation of measures in this study, it can be concluded that the learning plan, the implementation of learning and learning outcomes through the implementation of the model Snowball Throwing able to increase the appreciation of the students, but these models have drawbacks and advantages, the advantage is to train students' readiness , each giving knowledge, and his weakness is less extensive knowledge dwell only on the knowledge about the student. And less effective.


Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang
Judul :

Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang


Keyword : Snowball Throwing  dan Apresiasi

Nama & E-mail (penulis) : Irma Cintha Nurmala S.Pd.
Saya guru di Cikampek

Topik : PTK

Tanggal 7 September 2012
 BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
          Kegiatan belajar mengajar merupakan ujung tombak bagi terciptanya siswa yang berkualitas. Kegiatan belajar siswa akan terarah dan memiliki makna jika guru memberikan arahan, bimbingan dan dukungan yang memadai bagi kegiatan belajar tersebut melalui kegiatan mengajar yang dilakukannya. Kedua kegiatan ini harus selalu dikembangkan melalui berbagai model-model pembelajaran, dan tentu saja dengan didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai bagi terciptanya interaksi antara kedua unsur tersebut.
Motivasi dari penelitian ini diharapkan  dalam kegiatan belajar mengajar idealisnya menjadikan kelas adalah “rumah”, tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencarinya ; tempat mereka (peserta didik) belajar mengakui dan mendukung orang lain ; tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Untuk itu kegiatan ini harus memiliki planning dan prospek dalam menata panggung belajar.
Permasalahannya adalah para siswa yang dihadapi oleh peneliti kurang mampu mengapresiasi dalam pembelajaran seni tari, hal itu dilihat dari kurang mampu dalam mengamati, menghayati, mengevaluasi dan mengapresiasikan diri melalui berbicara dan mempraktekkan gerakan-gerakan tarian yang diamatinya.
                Tahapan apresiasi terbagi empat yakni :
1.  Kegiatan mengamati ; yaitu pengamat melakukan reaksi terhadap   rangsangan yang datang dari objek, bentuk kegiatannya berupa observasi, meneliti dan menganalisa objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu.
2.  Menghayati ; yaitu kegiatan mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai dari objek melalui pengamatan dengan penghayat.
3.  Mengevaluasi ; yaitu kemampuan memberi kritik pada seni
4.  Berapresiasi ; yaitu bila perasaan orang yang berapresiasi telah tergetar oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu, seakan – akan ia merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta seni itu.
( Bastomi, 1982, vii;ix)
                Upaya untuk membangkitkan dan meningkatkan apresiasi terhadap pembelajaran seni tari sudah dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, atau mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok, namun hasil pembelajaran belum begitu optimal. Permasalahan yang muncul di lapangan, karena  kurangnya guru dalam menggali / mencari solusi untuk menerapkan model-model pembelajaran yang lebih inovatif, karena sebelumnya pembelajaran tari lebih terfokus kepada materi praktek untuk menggali aspek psikomotorik saja, sementara factor afektif dan kognitif masih terabaikan, padahal kedua aspek tadi sama pentingnya untuk mengembangkan wawasan siswa.
          Sementara untuk mengembangkan wawasan siswa dalam pembelajaran seni tari salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan apresiasi misalnya mengapresiasi pagelaran tari yang ditampilkan di VCD, atau melihat langsung sebuah pergelaran tari di acara-acara tertentu. Adapun yang dapat diapresiasi diantaranya gerakan tari, kostum tari, pola lantai, iringan musik, make-up, property, tata pentas dan lain-lain. Dalam kegiatan apresiasi ini banyak kompetensi siswa yang bisa digali, diantaranya : kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan berbicara, mengevaluasi, mengkritik, bahkan menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari hasil mengapresiasi tersebut. Menurut Kartono, 1987;35 mengenai Apresiasi :
     Apresiasi adalah suatu proses yang  pada akhirnya melahirkan sikap dalam mencermati seni. Sikap adalah sesuatu yang tidak tumbuh dengan begitu saja. Sikap bisa terbentuk setelah berulang-ulang. Sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun negatif, terhadap orang-orang, benda-benda, atau situasi - situasi tertentu.

          Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap tersebut tidak dapat tumbuh dengan sendirinya tapi di lakukan secara berulang-ulang dan kontinyu, agar siswa dapat memberikan respon yang diharapkan, baik sikap yang positif atau pun sikap yang negative.    Oleh karena itu terkait belum optimalnya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran seni tari maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai salah satu alternative pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menyingkirkan hambatan belajar yang menghalangi proses belajar alamiah dan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, dan keterlibatan aktif.
Berdasarkan kondisi dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di dalam kelas dengan judul : “PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 1 TIRTAMULYA KABUPATEN KARAWANG”
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah  bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari  penerapan model  Snowball Throwing dalam pembelajaran seni tari untuk meningkatkan apresiasi siswa kelas VII di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang ?
C.   Tujuan Penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan apresiasi siswa kelas VII terhadap seni tari di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang dengan melalui model pembelajaran  Snowball Throwing
D.  Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut :
1.  Model Snowball Throwing Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti  “ melempar bola salju “.
2.  Pembelajaran Seni Tari Pembelajaran seni tari merupakan pembelajaran yang memadukan unsur gerak, nada, dan paduannya. Pembelajaran seni tari dapat persiapkan peserta didik menjadi manusia yang  memiliki sikap mental yang seimbang antara fisik dan phsikhisnya serta mengerahkan peserta pada kehidupan lebih baik. Dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiasi, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk yang optimal
3.  Apresiasi siswa adalah kegiatan 1) Mengamati : yaitu pengamat melakukan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari objek, bentuk kegiatannya berupa observasi, meneliti dan menganalisa, objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. 2) Menghayati : yaitu kegiatan menghadapi seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai dari objek melalui pengamatan dengan penghayat. 3) mengevaluasi ; yaitu kemampuan memberi kritik pada seni, dan 4) berapresiasi ; yaitu bila perasaan orang yang berapresiasi telah tergetar oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu, seakan-akan ia merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta seni itu.
Definisi operasional dari penelitian ini adalah Penerapan Model Snowball Throwing yang melibatkan siswa aktif, baik segi fisik, mental, yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti “melempar bola salju” dalam pembelajaran seni tari dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiatif, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk hasil yang optimal dengan melalui kegiatan mengamati, menghayati, mengevaluasi, dan berapresiasi.

 KAJIAN TEORETIS
A.  Pembelajaran Seni Tari
Guru mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang berat dalam mengantarkan siswa-siswanya melalui proses pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman baru. Menjadi suatu keharusan bagi setiap guru untuk kreatif  menggali cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Seorang guru yang memiliki persiapan yang dirancang dengan matang akan mempermudah dalam pencapaian prestasi belajar yang diinginkan.
1.  Makna Pembelajaran Seni Tari
    Menari bukan hanya soal keindahan gerak dalam alunan musik saja, tetapi juga pendidikan, stimulasi ekspresi dan kreasi, karena itu sepatutnya tari diajarkan sejak kecil. Mulai dari Taman Kanak-kanak, hingga SMA sudah dapat diajarkan pembelajaran seni tari, agar mereka memiliki kemampuan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
    Pendidikan seni tari memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dengan  memperhatikan  kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan kreatifitas, kecerdasan spiritual, moral, dan kecerdasan emosional. Pembelajaran seni tari merupakan pembelajaran yang memadukan unsur gerak, nada, dan paduannya, Pembelajaran seni tari dapat mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang dapat  memiliki sikap mental yang seimbang antara fisik dan phsikhisnya serta mengerahkan peserta pada kehidupan mulia. Dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiasi, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk hasil yang optimal . (Irawati Durban Ardjo, 2004:13-14)
2.  Tujuan Pembelajaran Seni Tari
Adalah Sebagai berikut :
1.  Memahami  konsep dan pentingnya Seni Tari
2.  Menampilkan sikap apresiatif terhadap Seni Tari
3.  Menampilkan kreatifitas melalui Seni Tari
4.  Menampilkan peran serta dalam Seni Tari di tingkat local, regional, maupun global. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah)

B.  Model Pembelajaran Snowball Throwing
1.  Pengertian  Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu metode cooperative learning. Menurut Saminanto (2010:37) “Model Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok,  Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stick akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Model ini memiliki kelebihan diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan model ini lebih menarik perhatian siswa. Langkah-langkah pembelajaran model Snowball Throwing menurut Suprijono (2009:128) dan Saminanto (2010:37), langkah-langkah model Snowball Throwing adalah :
1.  Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai
2.  Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.  Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4.  Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut maeri yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok.
5.  Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama 5 menit.
6.  Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.  Evaluasi
8.  Penutup
Salah satu  model pembelajaran yang berkembang pada saat ini adalah model pembelajaran Snowball Throwing yang menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, baik keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Pembelajaran Snowball Throwing berjalan atas dasar prinsip 1) Kebutuhan belajar, 2) Berorientasi pada kebutuhan, 3) Berpusat pada peserta didik, 4) Menekankan pentingnya pengalaman belajar.
2.  Menyusun rancangan dan strategi pembelajaran Snowball Throwing 
     Berikut ini adalah langkah-langkah penting yang harus dilakukan dalam menyusun  rancangan dan strategi pembelajaran Snowball Throwing yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran pendidikan kesetaraan :
1.  Melakukan asesmen kebutuhan belajar
2.  Memilih pokok bahasan
3.  Mengenali karakteristik  peserta didik
4.   Mengidentifikasi materi
5.   Merumuskan tujuan belajar
6.   Merancang kegiatan pembelajaran
7.   Memilih alat bantu
8.  Menentukan fasilitas dan sumber lain
9.  Mempersiapkan evaluasi proses dan hasil
10.   Melaksanakan Test
3.  Pelaksanaan  strategi pembelajaran Snowball Throwing 
Langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Guru menyampaikan  materi yang akan disajikan
2.    Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3.    Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya .
4.    Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua  kelompok.
5.    Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran
6.    Evaluasi,
7.    Penutup . (www. Puskur_balitbang_depdiknas.com).

Proses menyusun rancangan dan strategi pembelajaran Snowball Throwing harus dilakukan secara bersama antara pendidik dan peserta didik terutama dalam hal-hal yang menyangkut  :
     1.   Menciptakan iklim belajar bersama,
2.  Menyusun kelompok belajar.
3.  Mendiagnosis kebutuhan belajar.
4.  Menyusun tujuan belajar.
5.   Merancang pengalaman belajar.
6.   Melakukan kegiatan pembelajaran.
7.   Menilai proses dan hasil kegiatan pembelajaran
Model pembelajaran Snowball Throwing memiliki rancangan belajar yang dikenal sebagai TANDUR yaitu  :
1.  Tumbuhkan adalah  tumbuhkan minat,
2.  Alami adalah ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar,
3.   Namai adalah sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi,
4.  Demonstrasikan adalah sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan “bahwa mereka tahu.”,
5.  Ulangi adalah tunjukan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”, 6. Rayakan  adalah pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. (Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, 1999:10)

Model pembelajaran Snowball Throwing yang bersandar pada konsep  : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksud dari kalimat tersebut adalah mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama dimana pendidik harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Jadi, masuki dahulu dunia mereka karena tindakan ini akan memberi  pendidik izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang pendidik ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik , seni, rekreasi, atau akademis siswa. Setelah kaitan itu terbentuk, pendidik dapat membawa mereka kedalam dunia kita selaku pendidik. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.  Model pembelajaran Snowball Throwing dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
C.   Apresiasi Pembelajaran Seni Tari
1. Pengertian Apresiasi,                                                                             Apresiasi bukanlah kata yang hanya memiliki makna tunggal tergantung dari sudut pandang mana orang akan berpendapat. Secara Etimologi kata Apresiasi  (appreciation=Inggris), (appresiatie=Belanda), mengandung arti pengakuan atas kualitas, nilai, signifikansi atau keunggulan orang dan benda-benda. Secara umum mengapresiasi dapat diartikan mengerti dan menyadari sepenuhnya sekaligus pengakuan terhadap seseorang dan terhadap sesuatu benda serta mampu menilai dengan semestinya.
Menurut Bastomi (1982:vii:vi)
Apresiasi adalah kegiatan 1) Mengamati ; yaitu pengamat melakukan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari objek, bentuk kegiatannya berupa observasi, meneliti dan menganalisa objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. 2) Menghayati ; yaitu kegiatan mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai dari objek melalui pengamatan dengan penghayat. 3) Mengevaluasi ; yaitu kemampuan memberi kritik pada seni .

Maksud dari kalimat diatas dalam kegiatan apresiasi adalah kegiatan  mengamati, menghayati dan mengevaluasi sebuah karya seni,  adapun bentuk kegiatan dalam  mengamat,i seorang pengamat akan mendapatkan  rangsanga dari objek yang sedang di amatinya, sehingga muncullah rasa ingin menghayati dan akhirnya pengamat akan mengevaluasi nya, yaitu kemampuan dalam memberi kritik pada seni tersebut.
Menurut Soedarso (1990;77)
Apresiasi hubungannya dengan masalah seni dapat dipersepsikan menjadi mengerti dan menyadari sepenuhnya tentang berbagai seluk beluk suatu karya seni serta menjadi sensitive terhadap aspek estetiknya, sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya.

2. Dimensi Apresiasi                                                                                         Bagi pendidik seni teori Osborn (1970) tidak hanya memandang sebagai suatu aksi belaka (action), melainkan lebih dari itu apresiasi sebagai suatu sikap (attitudes), yang berdampak pada perubahan sikap, terjadinya perubahan ini berarti terjadi komunikasi yang signifikan antara karya seni dan apresiatornya yang signifikan antara karya seni dan apresiatornya dan artinya pesan yang disampaikan dianggap berhasil.
·         Apresiasi sebagai sikap
     Osborn meyakini bahwa apresiasi dapat mengembangkan kebiasaan mental berupa perhatian (attention) dan ketertarikan (intrest) yang terjadi secara bersamaan lebur dalam perasaan yang di sebut pengalaman seni tersebut. Untuk itu lah sebaiknya untuk meningkatkan kecerdasan dalam berapresiasi seni salah satu nya di perlukan pemahaman terhadap wawasan seni secara luas karena seni senantiasa berkembang terus selaras dengan perkembangan jaman.
·         Apresiasi sebagai suatu perilaku (action) .
Dalam  konteks pendidikan apresiasi dapat di pelajari,di sederhanakan melalui bagaimana berperilaku seni (action dalam aktivitas seni) yang dapat meninggalkan pengalaman seni bagi dirinya karena mengalami dan merasakan sendiri sesuatu melalui bekerja/berkarya bukan teori belaka.
3. Tujuan dan Manfaat Apresiasi   
·           Tujuan Apresiasi yaitu untuk mendapat kan pengalaman estetis,sehingga mengantarkan kita pada sensitivitas, pengakuan dan pengharagaan, bahkan mendorong untuk dapat melakukan aktivitas berkarya seni.
·         Manfaat Apresiasi adalah agar mempunyai kesanggupan untuk mengenal dan memahami suatu karya seni, sehingga pada gilirannya mampu menghargai, menikmati, dan menilai serta menjadi kan apresiator ’melek’ terhadap suatu karya seni.
Berdasarkan teori pendekatan Apresiasi seni menurut pendapat Soedarso (1990:83-84) pendekatan ini dapat digunakan dalam seni tari.  Apresiasi seni tari bisa dilakukan melalui pendekatan aplikatif yaitu melakukan sendiri atau dibimbing oleh  seorang guru untuk dapat melakukan aktivitas tari. Sumber gerak tari dapat berasal dari gerak tari tradisional maupun modern. Untuk pendekatan problematika  apresiasi seni tari dapat dilakukan melalui proses ide/gagasan di balik karya tari tersebut, aspek-aspek gerak yang disajikan, konsep musik pengiringnya, busana dan rias, dan berbagai masalah lain yang bisa dikaitkan dengan fungsi, makna, dan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan.

D.  Implementasi model Snowball Throwing dan Apresiasi pembelajaran seni tari
     Model Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang  melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental dan emosionalnya dengan kegiatan seperti “melempar bola salju” dan bagi kelompok yang mendapatkan bola tersebut menjawab pertanyaan dengan cara mempraktekkan atau menjelaskan dengan berpendapat, dan tentu saja siswa sebelumnya dibekali wawasan tari yang akan dipraktekkan bila pertanyaan itu membutuhkan siswa untuk menari. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Adapun Implementasi  model Snowball Throwing dengan apresiasi siswa dikarenakan Tujuan Apresiasi yaitu untuk mendapat kan pengalaman estetis,sehingga mengantarkan kita pada sensitivitas, pengakuan dan pengharagaan, bahkan mendorong untuk dapat melakukan aktivitas berkarya seni, dan  model Snowball Throwing  merupakan kegiatan pembelajaran yang memperhatikan prinsip proses stimulus dan respons yang didalamnya mengandung unsur-unsur kesiapan belajar, latih

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
                Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian kelas yaitu :
1.  Perencanaan (planning)
2.  Tindakan (acting)
3.  Pengamatan (observing)
4.  Refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21)
Model Kurt Lewin dapat di gambar kan sebagai berikut :
A.  Siklus I
1.  Perencanaan
          Pada tahap ini penulis menyusun  RPP yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu dengan menerapkan model Snowball Throwing dalam pembelajaran seni tari. Dengan Indikator :
a.   Menyebutkan Ide garapan tari dari pagelaran tari rampak daerah setempat
b.   Menyebutkan Properti  dari pagelaran tari rampak daerah setempat
c.   Menyebutkan Rias busana dan make-up dari pagelaran tari rampak daerah setempat
d.   Menyebutkan Pola lantai dari pagelaran tari rampak daerah setempat
e.   Menyebutkan ragam gerak dari pagelaran tari rampak daerah setempat
f.    Menyebutkan iringan tari dari pagelaran  tari rampak daerah setempat
2.  Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanankan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain :
a.   Tumbuhkan adalah  tumbuhkan minat, dengan cara mendengar referensi dari guru tentang Apresiasi
b.   Alami adalah membuat kelompok dan member nama tiap kelompok nya dengan nama daerah di Nusantara.
c.    Namai adalah Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru
d.   Demonstrasikan adalah siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap siswa menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong. Lalu kertas tersebut dikepal menjadi bolat seperti bola. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok yang lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. kelompok yang lain berusaha menangkap bola tersebut, dan yang mendapatkan bola harus menjawab pertanyaan yang ada di kertas tersebut.
e.   Ulangi , guru merangkum materi
f.    Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling bagus berhak mendapat reward tepuk tangan yang paling meriah
Kegiatan diakhiri dengan evaluasi. (Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, 1999:10)
3.  Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati tingkah laku dan sikapsiswa ketika mengikuti pembelajaran Seni Budaya yang menerapkan model Snowball Throwing.
4.  Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indicator kinerja maka penelitimengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaannya lebih efektif
B.  Siklus II
1.  Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun  RPP yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu dengan menerapkan model Snowball Throwing dalam pembelajaran seni tari. Dengan Indikator :
a.   Menyebutkan Ide garapan tari dari pagelaran tari rampak daerah setempat
b.   Menyebutkan Properti  dari pagelaran tari rampak daerah setempat
c.   Menyebutkan Rias busana dan make-up dari pagelaran tari rampak daerah setempat
d.   Menyebutkan Pola lantai dari pagelaran tari rampak daerah setempat
e.   Menyebutkan ragam gerak dari pagelaran tari rampak daerah setempat
f.    Menyebutkan iringan tari dari pagelaran  tari rampak daerah setempat
2.  Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanankan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain :
a.   Tumbuhkan adalah  tumbuhkan minat, dengan cara mendengar referensi dari guru tentang Apresiasi
b.   Alami adalah membuat kelompok dan member nama tiap kelompok nya dengan nama daerah di Nusantara.
c.    Namai adalah Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru
d.   Demonstrasikan adalah siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap siswa menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong. Lalu kertas tersebut dikepal menjadi bolat seperti bola. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok yang lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. kelompok yang lain berusaha menangkap bola tersebut, dan yang mendapatkan bola harus menjawab pertanyaan yang ada di kertas tersebut.
e.   Ulangi , guru merangkum materi
f.    Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling bagus berhak mendapat reward tepuk tangan yang paling meriah
g.   Kegiatan diakhiri dengan evaluasi. (Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, 1999:10)
3.  Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati tingkah laku dan sikapsiswa ketika mengikuti pembelajaran Seni Budaya yang menerapkan model Snowball Throwing.
4.  Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indicator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus III agar pelaksanaannya lebih efektif
C.   Siklus III
1.  Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun  RPP yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu dengan menerapkan model Snowball Throwing dalam pembelajaran seni tari. Dengan Indikator :
a.  Menyebutkan Ide garapan tari dari pagelaran tari rampak daerah setempat
b.   Menyebutkan Properti  dari pagelaran tari rampak daerah setempat
c.   Menyebutkan Rias busana dan make-up dari pagelaran tari rampak daerah setempat
d.   Menyebutkan Pola lantai dari pagelaran tari rampak daerah setempat
e.   Menyebutkan ragam gerak dari pagelaran tari rampak daerah setempat
f.    Menyebutkan iringan tari dari pagelaran  tari rampak daerah setempat
2.  Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanankan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain :
a.   Tumbuhkan adalah  tumbuhkan minat, dengan cara mendengar referensi dari guru tentang Apresiasi
b.   Alami adalah membuat kelompok dan member nama tiap kelompok nya dengan nama daerah di Nusantara.
c.    Namai adalah Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru
d.   Demonstrasikan adalah siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap siswa menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong. Lalu kertas tersebut dikepal menjadi bolat seperti bola. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok yang lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. kelompok yang lain berusaha menangkap bola tersebut, dan yang mendapatkan bola harus menjawab pertanyaan yang ada di kertas tersebut.
e.   Ulangi , guru merangkum materi
f.    Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling bagus berhak mendapat reward tepuk tangan yang paling meriah
Kegiatan diakhiri dengan evaluasi. (Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, 1999:10)
3.  Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati tingkah laku dan sikapsiswa ketika mengikuti pembelajaran Seni Budaya yang menerapkan model Snowball Throwing.
4.  Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indicator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus berikutnya hingga mencapai indicator kinerja.
D.  Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat di kumpulkan peneliti :
a.   Data Kuantitatif yang dapat di analisis secara deskriptif. Dengan menggunakan analisis statistic  deskriptif, yaitu menggunakan presentase untuk melihat tingkat kemajuan tiap siklus.
·         Presentase digunakan untuk menganalisis hasil observasi aktivitas siswa dan guru dengan cara menghitung setiap siklus, adapun cara menghitungnya yaitu, sebagai berikut :
perolehan skor       x  100 %
Jml seluruh Kelas

Setelah dihitung kemudian hasilnya diklarifikasikan sesuai dengan klasifikasi oleh Natsir (1996:38). Adapun klasifikasi tersebut yaitu, sebagai berikut :
Keterangan kategori penilaian :
>80 %   =  Sangat Baik
60 %  -  79,9 % =  Baik
40 %  -  59,9 % =  Cukup
20 %  -  39,9 % =  kurang
0 %    -  19,9 % =  Sangat Kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
          Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 48 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 3 (tiga) siklus , yakni siklus I (pada tanggal 19 Januari 2012), siklus ke II ( pada tanggal 26 Januari 2012) dan Siklus ke III (pada tanggal 2 Februari 2012). Berikut disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil penerapan model Snowball Throwing dalam pembelajaran seni tari untuk meningkatkan apresiasi siswa kelas VII di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran :
A.  Hasil  Penelitian
Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan rencana pembelajaran pada siklus ke I, beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Namun masih ada beberapa yang kurang seperti penataan alokasi waktu, penambahan sumber belajar lain. Dan kekurangan itu perlu perbaikan nantinya pada siklus ke II untuk lebih baik lagi.
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus ke I, peneliti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Temuan-temuan itu diantaranya sebagai berikut :
1.   Pelaksanaan siklus ke I, Pada kegiatan yang dilakukan guru dalam mengucapkan salam sudah cukup baik, dan ketika melakukan presentasi atas kehadiran siswa sudah cukup baik. Adapun dalam melakukan apersepsi masih kurang baik, karena terlalu lama dalam penjelasannya, dan ketika guru menyiapkan alat, kelas Nampak kurang kondusif, agak ribut, dan terlalu menyita waktu. Pada proses pembelajaran, kejelasan suara guru kurang keras, kalah keras di bandingkan dengan suara siswa yang kurang kondusif, terutama pada pembentukan kelompok. Dalam hal penguasaan materi sudah cukup, namun dalam menjelaskan materi tata bahasa guru masih kurang baik, kurang terfokus dan sering di campur dengan bahasa Sunda, guru sudah cukup baik dalam member kesempatan kepada siswa untuk bertanya, begitu pula dalam member kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Guru sudah cukup baik dalam memotivasi siswa untuk antusias dalam belajar aktif namun dalam pengolahan atau penguasaan kelas kurang baik. Karena masih ada siswa yang tidak kondusif dalam belajar. Pada saat pelaksanaan PTK berlangsung guru kurang dalam membagi perhatian kepada siswa sehingga penerapan model Snowball Throwing belum bisa terwujud dengan yang diharapkan, namun dalam mengkondisikan siswa dalam pembagian kelompok sudah cukup baik, dan pada pelaksanaan penghargaan kelompok masih belum tercapai. Begitu pula pada evaluasi dalam menggunakan penilaian lisan masih kurang terprogram karena waktu yang kurang cukup, namun ketika penilaian tulisan sudah cukup baik. Dan ketika guru menutup pelajaran yaitu ketika melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa  masih kurang dan belum tercapai karena tidak cukup waktu ( bel keluar sudah berbunyi) namun ketika menginformasikan bahan/ materi selanjutnya guru mampu melakukannya.
2.  Keaktifan siswa pada siklus ke I. Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, keaktifan dalam bertanya cukup baik, keaktifan dalam berpendapat kurang baik,  kecepatan dalam merespon materi yang diberikan cukup baik, kemandirian dalam belajar kurang baik, kemampuan berfikir kritis kurang baik, penggunaan tata bahasa yang benar kurang baik, kemampuan membuat rangkuman atau menyimpulkan hasil pembelajaran sudah baik. Pemahaman aturan permainan Snowball Throwing kurang memahami, Siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok masih kurang, Siswa melaksanakan permainan Snowball Throwing masih kurang mengerti.
3.  Rencana Pembelajaran pada siklus ke I,  beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Namun masih ada beberapa yang kurang seperti penataan alokasi waktu, penambahan sumber belajar lain. Dan kekurangan itu perlu perbaikan nantinya pada siklus ke II untuk lebih baik lagi.
      Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus ke I, agar pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik maka dilakukan diskusi antara peneliti dengan guru mitra setelah kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1.  Dalam melakukan apersepsi masih kurang baik, karena terlalu lama dalam penjelasannya. Harus lebih dipersiapkan dan terfokus materinya
2.  Ketika guru menyiapkan alat, kelas nampak kurang kondusif, agak ribut, dan terlalu menyita waktu. Selanjutnya libat kan siswa untuk membantu.
3.  Pada proses pembelajaran, kejelasan suara guru kurang keras, kalah keras di bandingkan dengan suara siswa yang kurang kondusif, terutama pada pembentukan kelompok. Selanjutnya harus diperkeras suaranya atau solusi lain dengan menggunakan mikrofone
4.  Dalam menjelaskan materi tata bahasa guru masih kurang baik, kurang terfokus dan sering di campur dengan bahasa Sunda. Harus lebih formal dalam kata-katanya.
5.  Pengelolaan kelas harus lebih ditingkatkan lagi apalagi pada waktu pembagian kelompok
6.  Dalam mempersiapan alat media sehingga menyebabkan siswa gaduh.
7.  Alokasi waktu harus sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan
Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan rencana pembelajaran pada siklus ke II, beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Dilihat dari data sudah ada peningkatan seperti  sumber belajar lain sudah disiapkan pada waktunya dan alokasi waktu sudah tepat pada sasaran. Dan untuk lebih baik lagi di bab berikutnya semua yang baik itu harus dioptimalkan.
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus ke II, peneliti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Temuan-temuan itu diantaranya sebagai berikut :
1.  Pelaksanaan siklus ke II, Berdasarkan  hasil observasi terhadap kegiatan guru tergolong kategori “cukup ” yaitu dengan perolehan persentase 66,7 %. Berdasarkan data diatas  menunjukkan kemampuan guru dalam membuka pelajaran, yaitu mengucapkan salam sudah cukup baik, dan ketika melakukan presentasi atas kehadiran siswa sudah cukup baik. Adapun dalam melakukan apersepsi cukup baik, dan ketika guru menyiapkan alat, kelas sudah  kondusif, tidak ribut, dan tidak menyita waktu. Pada proses pembelajaran, kejelasan suara guru cukup keras di bandingkan pada siklus ke I, pada pembentukan kelompok sudah baik. Dalam hal penguasaan materi sudah cukup,  dalam menjelaskan materi tata bahasa guru sudah membaik, sudah  terfokus , guru sudah cukup baik dalam member kesempatan kepada siswa untuk bertanya, begitu pula dalam member kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Guru sudah cukup baik dalam memotivasi siswa untuk antusias dalam belajar aktif namun dalam pengolahan atau penguasaan kelas sudah membaik.. Pada saat pelaksanaan PTK berlangsung guru dapat membagi perhatian kepada siswa sehingga penerapan model Snowball Throwing  bisa terwujud dengan yang diharapkan, begitu pula  dalam mengkondisikan siswa dalam pembagian kelompok sudah cukup baik, dan pada pelaksanaan penghargaan kelompok masih sudah tercapai begitu pula pada evaluasi dalam menggunakan penilaian lisan sudah mulai terprogram, ketika penilaian tulisan sudah cukup baik. Dan ketika guru menutup pelajaran yaitu ketika melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa  sudah tercapai karena sudah cukup waktu ( bel keluar sudah berbunyi ) dan  ketika menginformasikan bahan/ materi selanjutnya guru mampu melakukannya. Namun demikian semua yang terpapar diatas masih belum optimal, untuk itu peneliti melakukan lagi di siklus ke III
2.  Keaktifan siswa pada siklus ke II, Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, keaktifan dalam bertanya cukup baik, keaktifan dalam berpendapat kurang baik,  kecepatan dalam merespon materi yang diberikan cukup baik, kemandirian dalam belajar kurang baik, kemampuan berfikir kritis kurang baik, penggunaan tata bahasa yang benar kurang baik, kemampuan membuat rangkuman atau menyimpulkan hasil pembelajaran sudah baik. Pemahaman aturan permainan Snowball Throwing kurang memahami, Siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok masih kurang, Siswa melaksanakan permainan Snowball Throwing masih kurang mengerti
3.  Rencana Pembelajaran pada siklus ke II, Berdasarkan hasil pengamatan rencana pembelajaran pada siklus ke II, beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Dilihat dari data sudah ada peningkatan seperti  sumber belajar lain sudah disiapkan pada waktunya dan alokasi waktu sudah tepat pada sasaran. Dan untuk lebih baik lagi di bab berikutnya semua yang baik itu harus dioptimalkan.
Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus ke II, agar pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik maka dilakukan diskusi antara peneliti dengan guru mitra setelah kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1.  Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah baik.
2.  Pengelolaan kelas sudah  lebih ditingkatkan lagi apalagi pada waktu pembagian kelompok dan mempersiapan alat media sehingga menyebabkan siswa gaduh.
3.  Alokasi waktu sudah  sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan
4.  Guru sudah mengelola kelas dengan baik dalam pembagian kelompok sudah baik,  dalam memberikan motivasi dan mendorong siswa aktif. Terutama dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Siklus III
Berdasarkan hasil pengamatan rencana pembelajaran pada siklus ke III, beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Dilihat dari data sudah ada peningkatan seperti  sumber belajar lain sudah disiapkan pada waktunya dan alokasi waktu sudah tepat pada sasaran.
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus ke III, peneliti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Temuan-temuan itu diantaranya sebagai berikut :
1.  Pelaksanaan siklus ke III, Berdasarkan  hasil observasi terhadap kegiatan guru  peneliti sudah menguasai materi yang ada, penggunaan tata bahasa yang baik dan benar, sudah mampu dengan baik memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif bertanya dan memberikan pendapatnya, menumbuh kan keceriaan dan antusiasme siswa untuk aktif dan kritis. Guru melakukan evaluasi. Dimana bentuk evaluasi yang digunakan yaitu penilaian lisan untuk individu dan tertulis untuk kelompok. Guru sudah dapat membuat rangkuman atau menyimpulkan materi yang ada dengan melibatkan siswa
2.  Keaktifan siswa pada siklus ke III, Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah  baik, . keaktifan dalam bertanya sudah membaik, keaktifan dalam berpendapat juga ada peningkatan,   kecepatan dalam merespon materi yang diberikan  baik, kemandirian dalam belajar  baik, kemampuan berfikir kritis  baik, penggunaan tata bahasa yang benar  baik, kemampuan membuat rangkuman atau menyimpulkan hasil pembelajaran sudah baik. Pemahaman aturan permainan Snowball Throwing sudah  memahami, Siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok masih sudah baik, Siswa melaksanakan permainan Snowball Throwing sudah mengerti
3.  Rencana Pembelajaran pada siklus ke III,
Berdasarkan hasil pengamatan rencana pembelajaran pada siklus ke III, beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar, bahan pelajaran/ materi, evaluasi. Dilihat dari data sudah ada peningkatan seperti  sumber belajar lain sudah disiapkan pada waktunya dan alokasi waktu sudah tepat pada sasaran. Dan untuk lebih baik lagi di bab berikutnya semua yang baik itu harus dioptimalkan.
Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus ke III, agar pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik maka dilakukan diskusi antara peneliti dengan guru mitra setelah kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1.  Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah baik
2.  Guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik, pembagian kelompok sudah baik, guru sudah dapat meningkatkan diri dalam memotivasi siswa untuk aktif. Pada waktu kegiatan penutup, terlihat guru dan siswa bersama-sma menyimpulkan hasil pembelajaran.
3.  Siswa dapat bekerjasama dan belajar dalam kelompok
4.  Siswa sudah aktif dalam bertanya dan berpendapat, serta dalam menjawab pertanyaan atau menanggapi tidak lagi didominasi oleh beberapa siswa tertentu saja. Siswa yang jarang bicara mulai berani untuk berbicara dan mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus ke III, maka peneliti menganggap bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari aspek keaktifan siswa yang sudah baik dan ada peningkatan dari sebelumnya. Maka dari itu peneliti memutuskan bahwa penelitian tindakan kelas ini sudah cukup pada siklus ke III.
B.  Pembahasan
1.  Perencanaan Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang.
Pembelajaran di kelas merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh sebab itu dalam menghadapi keadaan tersebut dibutuhkan guru yang bisa berperan dalam menciptakan suatu keadaaan yang efektif, kondusif serta terarah dengan baik. Untuk menciptakan keadaan tersebut, maka sebelumnya harus dipersiapkan terlebih dahulu rencana-rencana yang akan dilakukan. Selain itu guru harus pula menerapkan model-model baru dalam menyampaikan metode dalam pembelajaran. Pada kesempatan ini peneliti bermaksud menerapkan model Snowball Throwing sebagai salah satu cara mengatasi proses yang kompleks tersebut. Adapun perencanaan penerapan model yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu, langkah-langkah yang akan dipersiapkan sebelum pelaksanaan model Snowball Throwing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan ini sebagai berikut : 
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.  memilih bahan pembelajaran yang sesuai yaitu dengan melihat audio visual tari tunggal daerah setempat . Sebelum pelaksanaan penerapan model Snowball Throwing ini dilakukan, yaitu terlebih dahulu merancang silabus beserta RPP yang didalamnya termuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan yang ingin di capai, materi, Skenario pembelajaran beserta evaluasinya. Sehingga dengan adanya silabus beserta RPP proses pembelajaran akan lebih terarah. Guru memilih bahan pembelajaran yang sesuai yaitu dengan melihat audio visual tari dari daerah Sukabumi “tari Dog-dog Lojor”.  Guru merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan berupa kertas putih yang dibuat dari kertas HVS yang akan diberikan pada saat pembelajaran berlangsung. Setelah itu menyusun lembar kerja siswa. Guru mengembangkan format evaluasi. Dan merencanakan  penilaian individu dan kelompok. Selanjutnya mengembangkan format observasi pembelajaran yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh peneliti. Adapun konsep perencanaan  pembelajaran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : kegiatan pendahuluan, merangsang siswa dengan ulasan vidio, memaparkan materi tentang Snowball Throwing, pembagian kelompok, langkah-langkah model Snowball Throwing, diskusi kelompok, penghargaan kelompok, penutup.
Berdasarkan pemaparan diatas, bahwa perencanaan dapat berdampak positif terhadap proses pembelajaran dan kualitas belajar siswa
2.   Pelaksanaan Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang

Pelaksanaan merupakan langkah nyata dalam merealisasikan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan dalam model Snowball Throwing ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a.   Mengajar ( teach)
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi
b.  Belajar Kelompok (team Study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 7 sampai 8 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran kelomp[ok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
c.  Permainan  Snowball Throwing (game)
Permainan diikuti oleh kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan  ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
d.   Penghargaan Kelompok (team Reconition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rerata Kelompok)
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang Baik
40 sampai 44
Tim baik
45 sampai 49
Tim Baik Sekali
50 keatas
Tim Istimewa
(Sumber Slavin, 1995 : 92)



Berdasarkan  hasil observasi terhadap kegiatan guru pada siklus I tergolong kategori “cukup ” yaitu dengan perolehan persentase 49,2 %. Berdasarkan data diatas  menunjukkan kemampuan guru dalam membuka pelajaran, yaitu mengucapkan salam sudah cukup baik, dan ketika melakukan presentasi atas kehadiran siswa sudah cukup baik. Adapun dalam melakukan apersepsi masih kurang baik, karena terlalu lama dalam penjelasannya, dan ketika guru menyiapkan alat, kelas Nampak kurang kondusif, agak rebut, dan terlalu menyita waktu. Pada proses pembelajaran, kejelasan suara guru kurang keras, kalah keras di bandingkan dengan suara siswa yang kurang kondusif, terutama pada pembentukan kelompok.
Pada saat pelaksanaan PTK berlangsung guru kurang dalam membagi perhatian kepada siswa sehingga penerapan model Snowball Throwing belum bisa terwujud denganyang diharapkan, namun dalam mengkondisikan siswa dalam pembagian kelompok sudah cukup baik, dan pada pelaksanaan penghargaan kelompok masih belum tercapai begitu pula pada evaluasi dalam menggunakan penilaian lisan masih kurang terprogram karena waktu yang kurang cukup, namun ketika penilaian tulisan sudah cukup baik.
Berdasarkan  hasil observasi siklus ke II terhadap kegiatan guru tergolong kategori “cukup ” yaitu dengan perolehan persentase 66,7 %. Berdasarkan data diatas  menunjukkan kemampuan guru dalam membuka pelajaran, yaitu mengucapkan salam sudah cukup baik, dan ketika melakukan presentasi atas kehadiran siswa sudah cukup baik. Adapun dalam melakukan apersepsi cukup baik, dan ketika guru menyiapkan alat, kelas sudah  kondusif, tidak ribut, dan tidak menyita waktu. Pada proses pembelajaran, kejelasan suara guru cukup keras di bandingkan pada siklus ke I, pada pembentukan kelompok sudah baik. Dalam hal penguasaan materi sudah cukup,  dalam menjelaskan materi tata bahasa guru sudah membaik, sudah  terfokus , guru sudah cukup baik dalam member kesempatan kepada siswa untuk bertanya, begitu pula dalam member kesempatan kepada siswa untuk berpendapat.
Berdasarkan  hasil observasi terhadap kegiatan guru pada siklus ke III tergolong kategori “sangat baik ” yaitu dengan perolehan persentase 92,06 %. Berdasarkan data diatas  hal ini sudah ada peningkatan dari siklus ke II yaitu 66,7 %
3.   Hasil Penerapan Model Snowball Throwing Dalam Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Kelas VII di SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang

        Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan menerapkan Model Snowball Throwing dalam pembelajaran Seni Tari, mampu meningkatkan Apresiasi Siswa kelas VII. Namun model ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang banyak terutama pada saat kerja kelompok dan pelemparan bola salju, pada saat pelemparan bola salju, kadang ada siswa yang tidak mendapatkan bola nya karena lemparan yang terlalu keras hingga terkadang bola tersebut masuk ke bawah meja/kursi, apalagi jika jumlah siswanya banyak, ketika penilaian individu guru harus mendengar dan menilai satu persatu presentasi dari siswa. Kelemahan tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan Hasibun dan Mudjiono yang dikutip oleh Hamalik (2003:89) bahwa ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan diskusi kelompok diantaranya yaitu :
1.  Memerlukan waktu yang relative banyak
2.  Dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negative
3.  Anggota yang pemalu, rendah diri, pendiam sering tidak mendapatkan kesempatan dalam mengemukakan pendapat atau idenya.
     Sementara kelebihan dari model Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang memadukan unsur gerak, nada, dan paduannya dimana dalam pembelajaran seni tari dapat mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang paripurna memiliki sikap mental yang seimbang antara fisik dan phsikhisnya serta mengerahkan peserta pada kehidupan mulia. Dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiatif, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk hasil yang optimal dengan melalui kegiatan mengamati, menghayati, mengevaluasi, dan berapresiasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bastomi, (1982, vii;ix ) tentang apresiasi. Tahapan apresiasi terbagi empat yakni :
1.  Kegiatan mengamati ; yaitu pengamat melakukan reaksi terhadap   rangsangan yang datang dari objek, bentuk kegiatannya berupa observasi, meneliti dan menganalisa objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu.
2.  Menghayati ; yaitu kegiatan mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai dari objek melalui pengamatan dengan penghayat.
3.  Mengevaluasi ; yaitu kemampuan memberi kritik pada seni
4.  Berapresiasi ; yaitu bila perasaan orang yang berapresiasi telah tergetar oleh seni dan       hanyut bersama-sama seni itu, seakan – akan ia merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta seni itu.
        Dalam kegiatan apresiasi ini banyak kompetensi siswa yang bisa digali, diantaranya : kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan berbicara, mengevaluasi, mengkritik, bahkan menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari hasil mengapresiasi tersebut. Menurut Kartono (1987;35) Apresiasi adalah suatu proses yang  pada akhirnya melahirkan sikap dalam mencermati seni. Sikap adalah sesuatu yang tidak tumbuh dengan begitu saja. Sikap bisa terbentuk setelah berulang-ulang. Sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun negatif, terhadap orang-orang, benda-benda, atau situasi – situasi tertentu.
       Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Snowball Throwing adalah model ini dapat dapat memacu siswa untuk berfikir dinamis dan kreatif, memadukan unsur gerak, nada, dan paduannya dimana dalam pembelajaran seni tari dapat mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang paripurna memiliki sikap mental yang seimbang antara fisik dan phsikhisnya serta mengerahkan peserta pada kehidupan mulia. Dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiatif, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk hasil yang optimal.
        Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan siswa dengan menggunakan model Snowball Throwing mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Apabila dilihat dari perbandingan kedua siklus, dimana hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa pada pembelajaran Seni Tari dalam upaya meningkatkan apresiasi siswa, mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Adapun analisis dari setiap siklusnyayaitu diantaranya :
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesinambungan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan menurut Sudjana (1996:61) mengemukakan bahwa criteria keaktifan siswa dapat dilihat dalam berbagai hal diantaranya:
1.  Turut serta dalam melaksanakan  tugas belajarnya
2.  Terlihat dalam pemecahan masalah
3.  Bertanya pada siswa lain/guru tentang masalah yang belum dipahami
4.  Berusaha  mencari berbagai informasi yang diperlukan berkaitan dengan pemecahan masalah yang dipelajarinya
5.  Melaksanakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6.  Melatih diri dalam memecahkan masalah bersama kelompok
7.  Kesempatan menggunakan atau meerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan hasil wawancara pada siswa setelah proses pembelajaran, mereka mengungkapkan bahwa mereka merasa senang dan sudah terbiasa belajar dengan menggunakan model Snowball Throwing ini, karena mereka bisa belajar dan berani mengemukakan pendapatnya serta belajar bekerjasama dalam kelompok, sehingga mampu menerima perbedaan karakter setiap individu dalam sebuah kelompok. Mereka juga senang bisa melihat pagelaran tari yang di tayangkan di layar lebar, dan ini memberikan pengalaman baru, karena mereka jarang atau bahkan belum pernah melihat sebuah pagelaran  tari secara langsung.
Penerapan model Snowball Throwing telah dilaksanakan dua siklus dan hasilnya mampu mendorong siswa untuk meningkatkan apresiasi siswa dalam pembelajaran Seni Tari. Dan mengembangkan kreativitas siswa yang meliputi keterampilan intelektual siswa dan keterampilan berapresiasi, salah satunya yaitu siswa mempunyai karakteristik siswa aktif dalam pembelajaran Seni Tari. Namun dalam pelaksanaan nya tidak lepas dari kendala. Adapun kendala yang dihadapi dalam penerapan model Snowball Throwing yaitu sebagai berikut :
1.  Pelaksanaan siklus ke I, masih banyak kekurangannya dalam pelaksanaannya hal ini terlihat dari pengamatan kegiatan guru yang ketika pada proses belajar siswa menjadi kurang kondusif.
2.  Keaktifan siswa pada siklus ke II masih kurang hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap kegiatan siswa tergolong kategori “cukup”, hal ini memperlihatkan masih banyak aspek kurangnya kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
3.  Keaktifan siswa pada siklus ke III , sudah membaik.
4.  Rencana Pembelajaran pada siklus ke III, berdasarkan hasil pengamatan beberapa hal sudah dicantumkan dengan baik dalam RPP seperti indentifikasi, tujuan pembelajaran/ Kompetensi dasar,  penataan alokasi waktu kurang cukup, Penambahan sumber belajar lain masih kurang.
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan analisis data terhadap proses pelaksanaan tindakan pada kelas VII G SMPN 1 Tirtamulya Kabupaten Karawang, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
        Bahwa dengan menerapkan Model Snowball Throwing dalam pembelajaran Seni Tari, mampu meningkatkan Apresiasi Siswa kelas VII. Namun model ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang banyak terutama pada saat kerja kelompok dan pelemparan bola salju, pada saat pelemparan bola salju, kadang ada siswa yang tidak mendapatkan bola nya karena lemparan yang terlalu keras hingga terkadang bola tersebut masuk ke bawah meja/kursi, apalagi jika jumlah siswanya banyak, ketika penilaian individu guru harus mendengar dan menilai satu persatu presentasi dari siswa. Kelemahan tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan Hasibun dan Mudjiono yang dikutip oleh Hamalik (2003:89) bahwa ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan diskusi kelompok diantaranya yaitu :
1.  Memerlukan waktu yang relative banyak / tidak efektif
2.  Dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negative
3.  Anggota yang pemalu, rendah diri, pendiam sering tidak mendapatkan kesempatan dalam mengemukakan pendapat atau idenya.
4.  Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa saja.
     Kelebihan nya dapat melatih kesiapan siswa , saling memberikan pengetahuan , dan dapat membentuk peserta didik memiliki sensitivitas, apresiatif, kreatif dan kritis terhadap lingkungannya dalam mengembangkan berbagai potensi dasar dalam belajar untuk hasil yang optimal dengan melalui kegiatan mengamati, menghayati, mengevaluasi, dan berapresiasi.
        Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan siswa dengan menggunakan model Snowball Throwing mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Apabila dilihat dari perbandingan ketiga  siklus, dimana hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa pada pembelajaran Seni Tari dalam upaya meningkatkan apresiasi siswa, mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya.
B.  Rekomendasi

1.  Bagi Sekolah
Adanya dukungan berupa penyediaan sarana media yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang lebih baiklagi, maka sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungannya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
2.  Bagi Jurusan Seni Tari UPI
Bagi jurusan Seni Tari, perlu adanya pengembangan model-model Snowball Throwing dalam kegiatan pembelajaran terutama bagi mahasiswa jurusan Seni Tari sebagai persiapan menjadi guru Seni Tari di lapangan nantinya. Dalam pengembangan model tersebut dilapangan dapat melakukan kolaborasi dengan guru dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
3.  Bagi Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan dan mengembangkan penelitian sejenis dengan variasi variable yang berbeda, seperti dikaitkan dengan variable partisipasi siswa atau hasil belajar siswa. Demikian pula dalam metode penelitian dapat digunakan alternative motode lain, yaitu seperti metode eksperimen, deskriptif, dan lain sebagainya. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan studi yang baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2001. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia

-------v------. 2004. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pembangunan Guru. Bandung:Yrama Widya.

-------v------.2006.Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharjono.,dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Bobbi DePorter, Mark Reardon,Sarah Singer-Nourie, 1999:10. Quantum Teaching: Orcestrating Student Success. Bandung, Mizan Media Utama

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta: Depdiknas

Irawati Durban Ardjo, 2004:13-14, Teknik Gerak Tari dan Tari Dasar Sunda, Bandung, Pusbitari

Mahendra, dan Ma’mun. 1998. Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: IKIP Bandung Press

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006. Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Nasional.

Rusyana, Yus, 2006. Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung. FPBS. Makalah

Slavin. 2002. Cooperatif Learning Theory. Research Practice Massachussets: Allyn and Baccon.

Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbut, 1998. The Action Research Planner,3 rd ed. Victoria: deakin University

Sudjana.1996.Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Qurasy

Undang-undang No.20 tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional