BENTUK SAJIAN/SINOPSIS
DERAP GELAR TATAR KARAWANG
(PERADABAN TARUMANAGARA)
Derap Gelar Tatar Karawang
merupakan Seni helaran yang bersumber dari kehidupan masyarakat petani dan
nelayan. Seni helaran ini terbentuk karena Penata terinspirasi dengan cerita
dan silsilah kerajaan Tarumanagara yang pada masa 1418 SM sudah berdiri dengan
gagah nya, karena kejayaan pada masa itu bertumpu pada 3 bidang yaitu :
Pertanian, Kelautan dan pertahanan.
Derap Gelar Tatar Karawang
merupakan seni helaran yang di kemas dengan gaya humoris dan banyol karena
piƱata ingin memperlihatkan nuansa dan gaya
masyarakat Karawang yang serius tapi humoris.
Derap Gelar Tatar Karawang merupakan
ucapan rasa syukur masyarakat Karawang dan di ungkapkan dalam sebuah pesta
rakyat dengan berbagai ritual yaitu Ritual Larung Bumi, dan Ritual pusaka
Karawang.
Prosesi ini akan di usung dengan
unsure-unsur bentuk artistic yang merupakan simbolisasi dari tiap elemen
kehidupan masyarakat Karawang.
Perlu di ketahui bahwa Artistic yang di
gunakan sebagian dari sebuah Home industry kerajinan boneka yang berkembang
pesat di daerah Kec. Kotabaru Kabupaten karawang
Bentuk
artistic/pendukung yang digunakan adalah :
-
Garuda
-
Tandu kepala kerbau
-
Badawang Lalalukan
-
Badawang mamanukan
-
Leuit dan sundung
-
Lisung
-
Kereta kencana
LARUNG BUMI (PESTA LAUT)
Larung Bumi adalah sebuah cerita Legenda masyarakat
pesisir. Larung Bumi bisa juga di sebut sebagai Pesta Laut atau selamatan Laut Ngaruwat
Bumi yaitu hajat para Nelayan karena hasil panen ikan mereka berhasil dengan
baik. Di dalam kegiatan ritual Pesta Laut ini biasa nya masyarakat pesisir
selalu mengadakan acara perhelatan terlebih dahulu kemudian mereka melakukan
pesta dalam artian ucapan rasa syukur ke Tuhan Yang Maha Esa, karena
keberhasilan yang telah di capai oleh mereka. Larung Bumi adalah bentuk seni pertunjukan yang dlaksanakan dengan kegiatan ritual persembahan kepada
penguasa laut sebagai ucapan syukur bahwa hasil yang didapat mereka cukup
bagus. Dan di mainkan secara berkelompok. Dalam kegiatan ini selalu dilibatkan
atraksi seni dan budaya setempat yang hidup dan berkembang sesuai dengan
keadaan zaman. Pelaksanaan biasa nya dilakukan 3 – 7 hari. Puncak kegiatan
ritual ini adalah “Lawung Kurban Kepala Kerbau” melalui proses ritual seni dan
arak-arakan di sepanjang jalan menuju
pelelangan sebagai lokasi ritual awal dilanjutkan dengan parade menuju ke
tengah laut.
NGARAK PUSAKA KARAWANG
(PERTANIAN)
Ngarak Pusaka Karawang adalah bentuk seni helaran
yang di rubah menjadi bentuk seni pertunjukan. Dan di mainkan secara
berkelompok. Pusaka Karawang di simbolkan
adalah “Padi”. Pada jaman dulu ngarak Pusaka Karawang adalah salah satu
kegiatan dari masyarakat petani. Hal ini di laksanakan pada saat panen raya,
kegiatan ini di ibaratkan sebuah ungkapan rasa kegembiraan dari masyarakat
petani karena hasil panen yg bagus sehingga semua masyarakat baik tua maupun
muda bergembira menyambut hasil panen.
Ngarak pusaka karawang yang di tampilkan dalam
hal ini lebih mengarah ke unsur religinya, yaitu ungkapan rasa syukur
masyarakat kepada Sang Pencipta, bahwa hasil yg di panen adalah merupakan kerja
keras masyarakat petani.
Sebelum pelaksanaan penyimpanan padi, penata tari
memberikan nuansa religi di awal dengan
menampilkan seseorang yang di tuakan, sebagai tokoh masyarakat wajib mengingatkan
bahwa hasil panen ini bukan semata-mata hasil kerja sendiri tapi juga semua itu
karena ridho dan berkah sang pencipta.
Kemudian penata tari mengekspresikan rasa syukur
tersebut melalui gerakan tari para wanita dengan sebuah property “boboko” yang
mengartikan hasil panen tersebut akan di simpan di sebuah tempat atau property
lumbung yang di namakan “Leuit”.
Penata memberikan gerakan kepada laki-laki dengan
property cangkul, yaitu memberikan arti bahwa kerja keras mereka adalah hasil
panen yang akan di simpan di lumbung padi. penata tari memberikan sedikit
sentuhan dengan gerakan-gerakan banyol untuk memberikan kesan bahwa mereka
selalu bekerja dengan rasa ikhlas.
Gerakan-gerakan tari tersebut diiringi oleh
sebuah musik khas Karawang yaitu “Ajeng” dan “Ketuk tilu”. Penata Musik
memberikan kesan pada musik Ajeng adalah untuk sebuah nuansa religi sedangkan
ketuk tilu memberikan nuansa bekerja.
Pada pertengahan, sebuah persembahan di tampilkan
oleh penata tari dengan menampilkan tari “Soja” yaitu sebagai ungkapan rasa
syukur kepada sang Pencipta yang di simbolkan dengan dewi sri. dan menyambut
kedatangan hasil panen yang melimpah.
Pada kesempatan ini penata tari mengkolaborasikan
tari soja dengan nuansa penyambutan terhadap datang nya hasil panen.
Akhirnya setelah padi mereka di simpan di dalam
“Leuit”, masyarakat petani kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan
gembira.
PERADABAN TARUMANAGARA
(PERTAHANAN)
Pada jaman dulu kerajaan Tarumanagara adalah tempat persinggahan kerajaan-kerajaan
lain. Hal ini di laksanakan pada saat panen raya, kegiatan ini di ibaratkan
sebuah ungkapan rasa Syukur kepada Sang Pencipta dan rasa kegembiraan dari
masyarakat petani karena hasil panen yg bagus sehingga semua masyarakat baik
tua maupun muda bergembira menyambut
hasil panen.
Ngarak Pusaka Karawang yang di tampilkan saat ini adalah kegiatan
penyimpanan hasil panen yaitu padi ke dalam sebuah lumbung padi yang disebut
“Leuit”, kegiatan ini bernuansa religi
dengan di awali oleh “seorang tua” sebagai tokoh masyarakat dan wajib
mengingatkan bahwa hasil panen ini bukan semata-mata hasil kerja sendiri tapi
juga semua itu karena ridho dan berkah sang pencipta. Dengan di awali do’a-do’a
Orang tua tersebut memimpin masyarakat bersujud mengungkapkan rasa syukur kepada Sang
Pencipta, bahwa hasil yg di panen adalah merupakan kerja keras masyarakat
petani.
Para wanita dengan gemulai memainkan “boboko” yang berisi padi hasil
panen tersebut yang akan di simpan di sebuah “Leuit”. sedangkan laki-laki
dengan cangkul nya, bekerja keras agar hasil panennya bisa berhasil dengan
melimpah. Dengan diiringi canda dan banyol, mereka tetap bekerja dengan dipenuhi
rasa ikhlas.
Akhirnya setelah padi mereka di simpan di dalam “Leuit”, masyarakat
petani kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar